KONTAK SAYA

Email Twitter Facebook

TELUSURI

GALERI FOTO

Kategori Arsip Daftar Isi

MULAI DARI SINI

Pelayanan Portfolio Pembayaran

Selasa, 14 Juni 2011

EKSPEDISI TANAMAN OBAT SPESIFIK KALIMANTAN TENGAH

Oleh : IRMA NATALINA MALAU
 
PENDAHULUAN

            Keanekaragaman genetik merupakan sumber daya perekonomian, pariwisata, kesehatan, dan budaya. Keberadaan keanekaragaman genetik itu sendiri tidak merata di setiap wilayah, bergantung pada ekosistem wilayahnya (Wardana 2002).

            Penggunaan varietas unggul telah berhasil meningkatkan produksi pertanian, tetapi tanpa disadari keberhasilan tersebut ternyata memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit, antara lain berupa hilangnya sumber daya genetik yang sebagian besar belum teridentifikasi, terutama yang ada di kawasan hutan. Hilangnya sejumlah varietas lokal yang sudah berabad-abad beradaptasi pada berbagai ekosistem adalah salah satu kerugian yang disebabkan oleh eksploitasi hutan.
           
            Word Conservation Monitoring Center melaporkan bahwa Indonesia merupakan kawasan yang sangat penting karena kaya akan tumbuhan obat. Jumlah tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan adalah 2.518 jenis (EISAI 1995). Sedikitnya terdapat 3.000 jenis tumbuhan obat yang telah berhasil diidentifikasi (Zuhud 1998; Zuhud dan Hikmat 1998).

            Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berhubungan dengan genom, bioinformatika, dan biologi molekuler, sangat berguna bagi pengobatan penyakit, kecukupan pangan, pakan, papan, dan sandang. Keadaan ini dapat memacu kegiatan eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya genetik. Di lain pihak, dengan meningkatnya pengembangan plasma nutfah yang mempunyai nilai ekonomis dapat mengancam keanekaragaman plasma nutfah yang relatif kurang produktif. Ancaman tersebut dapat disebabkan karena kalah bersaing atau pemanfaatan yang kurang. Punahnya plasma nutfah berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan manusia generasi mendatang. Dalam sejarah perkembangan farmasi, tumbuhan obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit.

            Hingga saat ini, sumber alam nabati masih tetap merupakan sumber bahan kimia baru yang tidak terbatas, baik senyawa isolat murni yang dipakai langsung (misalnya alkaloida morfin, papaverin) mau pun melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif turunan yang lebih baik, dalam arti lebih potensial dan atau lebih aman, misalnya molekul artemisinin dari Tanaman Artemisia annua L. Dideritivatisasi menjadi artemisinin eter yang lebih efektif terhadap penyakit malaria dan kurang toksik (Sinambela 2002)

            Tumbuhan obat di Indonesia merupakan salah satu kelompok komoditas hutan dan kebun yang erosi genetiknya tergolong pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (1) kerusakan habitat yang disebabkan oleh desakan kebutuhan lahan untuk produksi maupun tempat tinggal, pemanfaatan hasil hutan untuk industri maupun tempat tinggal sehingga habitat tumbuhan obat terganggu, (2) kurangnya perhatian terhadap budi daya tanaman obat
terutama untuk jenis-jenis yang digunakan dalam jumlah kecil, dan (3) kemampuan regenerasi tumbuhan obat yang lambat, terutama jenis tumbuhan tahunan, terlebih lagi yang diambil dari alam (Djauhariya dan Sukarman 2002). Rifai et al. (1992) melaporkan bahwa 30 jenis tumbuhan obat di Indonesia sudah termasuk langka, di antaranya Alstonia scholaris, Rouvolfia serpentina, Cinamomum sintoc, dan Parkia roxburghi. Dan salah satu jenis tumbuhan Liana, yaitu Pulasari (Jafarsidik 1987; Rifai et al. 1992).

            Dewasa ini erosi genetik terus berlangsung sebagai akibat gangguan alam dan ulah manusia, berupa penebangan liar yang tidak bertanggung jawab (Rifai 1983). Meningkatnya kebutuhan manusia telah mengarahkan tingkat kepedulian mereka terhadap lingkungan yang semakin terbatas dan akan mendorong terjadinya perambahan dan perusakan hutan.

            Mengingat tingginya aktivitas manusia di kawasan hutan maka inventarisasi dan konservasi tumbuhan obat yang terdapat di kawasan tersebut, khususnya yang tergolong langka, perlu dielimininasi. Salah satu bentuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati adalah dengan melaksanakan konservasi secara in situ maupun ex situ. Menurut Mac Kinnon dalam Alikodra (2000), sistem konservasi dapat dicapai melalui cara berikut (1) menjaga proses dan menopang kehidupan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan, (2) melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yang penting bagi program pemuliaan, dan (3) menjamin kesinambungan pendayagunaan spesies dan ekosistem oleh manusia yang mendukung kehidupan jutaan penduduk pedesaan serta dapat menopang sejumlah besar industri.

            Tanaman obat di Kalimantan Tengah menyebar di daerah pedalaman dan kawasan hutan yang merupakan habitat alami tanaman tersebut. Sebagian kecil masyarakat Kalimantan Tengah sudah mengusahakan tanaman obat dari kawasan tersebut sebagai obat tradisional yang diambil baik dari akar, daun maupun buah, tetapi belum terinventarisasi dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan untuk melindungi dan menginventarisasi tanaman obat sebagai pengetahuan tradisional dan kekayaan intelektual dengan baik, sehingga pada saat diperlukan dapat digunakan sebagai referensi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk eksplorasi, inventarisasi, dan karakterisasi tanaman obat yang tersebar di Kalimantan Tengah, serta untuk mengetahui wilayah penyebaran spesies liar, dan mengoleksi secara ex situ tanaman obat.



BAHAN DAN METODE

            Eksplorasi tanaman obat-obatan dilaksanakan mulai Mei 2011, di Kabupaten Kapuas, dilaksanakan di Desa Dahirang, Kecamatan Kapuas Hilir.

Eksplorasi

            Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan nara sumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi utama (key informan) maupun data kepustakaan (Bompard dan Kostermans 1985; Purnomo 1987). Dalam kaitan ini dilakukan penggalian informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan contoh tanaman dan deskripsi tanaman, konservasi contoh tanaman hasil eksplorasi. Eksplorasi didukung oleh keterangan petani tentang preferensi mereka terhadap plasma nutfah. Keterangan dari petani berupa tempat tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi dan deskripsi. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan (Kusumo et al. 2002).

            Plasma nutfah yang ditemukan diamati sifat fisik asalnya. Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman. Kegiatan tersebut diawali dengan inventarisasi tanaman buah-buahan yang belum dikoleksi dan tanaman obat yang ada di Kalimantan Tengah, baik yang sudah dibudidayakan maupun spesies liarnya.

            Langkah pertama praeksplorasi adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman.

            Plasma nutfah tanaman hasil eksplorasi dipelihara di kebun koleksi. Tanaman koleksi diamati pertumbuhannya, diukur semua organ tanaman, dan dicatat sifat-sifat morfologinya. Bahan yang dikumpulkan berupa bibit, biji, dan umbi.

Konservasi

            Untuk mempertahankan sumber daya genetik yang ada dilakukan usaha pelestarian plasma nutfah secara ex situ dalam bentuk kebun koleksi, visitor plot, dan pot-pot pemeliharaan.

Karakterisasi dan Evaluasi

            Hasil eksplorasi tanaman kemudian dibuat karakterisasinya meliputi bentuk tanaman, letak daun, bentuk daun, warna daun, tepi daun, permukaan daun, warna bunga, letak bunga, bentuk buah, bagian tanaman yang bermanfaat, dan khasiatnya. Karakterisasi tanaman berada dalam kondisi lingkungan optimal agar dapat tumbuh dengan baik. Sifatsifat kuantitatif yang diamati antara lain adalah tinggi tanaman, hasil dan komponen hasil. Karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi sifat fisik dan sifat fisiologi spesifik dari tanaman yang ditemukan, termasuk potensial hasilnya.

Deskripsi

            Karakterisasi lanjutan atau evaluasi dilakukan dengan skala prioritas untuk mendapatkan deskripsi tanaman.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons